Simbol sebagai Transendensi Diri: Kedudukan Ikon dalam Gereja Katolik dan Sumbangsihnya bagi Gereja Toraja

Sule, Berna (2008) Simbol sebagai Transendensi Diri: Kedudukan Ikon dalam Gereja Katolik dan Sumbangsihnya bagi Gereja Toraja. Scholar thesis, Institut Agama Kristen Negeri Toraja.

[img] Text
berna_hd.doc

Download (187kB)
[img] Text
berna_kp.doc

Download (117kB)
[img] Text
berna_bab_1.doc

Download (611kB)
[img] Text
berna_bab_2.doc

Download (229kB)
[img] Text
berna_bab_3.doc
Restricted to Repository staff only

Download (774kB) | Request a copy
[img] Text
berna_bab_4.doc
Restricted to Repository staff only

Download (95kB) | Request a copy
[img] Text
berna_bab_5.doc

Download (61kB)
[img] Text
berna_dp.doc

Download (36kB)
[img] Text
berna_cv.doc

Download (31kB)

Abstract

ABSTRAKSI Berna Sule, 2003', Simbol Sebagai Transendensi Diri, kedudukan ikon dalam Gereja Katolik dan sumbangsihnya bagi Gereja Toraja. Skripsi jurusan Teologi Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Toraja. Topik ini diangkat untuk mengingatkan pembaca bahwa simbol tak dapat dilepaskan dari pembicaraan di seputar agama. Agama merupakan tempat di mana manusia mencari dan menemukan makna yang di dalamnya manusia berelasi dengan kuasa transenden. Dalam relasi itu, manusia mengalami pengalaman yang dalam bahasa Rudolf Otto disebut sebagai pengalaman yang misterium tremendum et fascinans yakni sebuah misteri yang menakutkan sekaligus menarik, mempesona bahkan menggetarkan dan menggentarkan jiwa. Berhadapan dengan realitas itulah manusia menciptakan simbol-simbol sebagai wujud penghayatannya terhadap relasi itu, karenanya agama yang dianutnya kemudian memiliki dan memerlukan demikian banyak simbol. Dalam simbol-simbol itulah tergambar sesuatu yang dipeijuangkan dengan ikhlas dan untuknya manusia rela mati. Namun sayangnya, seringkali signifikansi simbol mengalami pergeseran makna, mengakibatkan orang jatuh pada ritualisme dan formalisme belaka. Jadi benarlah apa yang dikatakan Dillistone bahwa simbol yang pada awalnya mengandung makna yang besar selanjutnya bisa menjadi sesuatu yang hanya tinggal kenangan dan dipajang layaknya barang antik tanpa relevansi yang jelas pada konteks masa kini karena orang tidak sanggup lagi melihat yang Sakral, yang Kudus, yang Transenden dan yang Ilahi di dalam yang Profan dan duniawi karena pendewaan rasionalisasi. Tidak ada lembaga yang tidak diwarnai oleh simbol, salah satunya ialah Gereja Katolik. Lembaga ini begitu sarat denga n simbol, antara lain simbol dalam bentuk ikon. Berdasarkan kenyataan itu maka timul pertanyaan yang menggelisahkan penulis yakni bagaimanakah kedudukan ikon dalam Gereja Katolik sehingga mereka mempertahankan penggunaan ikon dalam kehidupan religius mereka. Dan bukan hanya itu, penulis kemudian melangkah ke dalam konteks Gereja Toraja, seperti apakah sumbangsih dari pemaknaan ikon dalam Gereja Katolik yang dapat memberikan manfaat bagi Gereja Toraja? Dari hasil petualangan penulis melalui studi pustaka dan wawancara kepada beberapa pihak, penulis kemudian menemukan bahwa ikon dalam Gereja Katolik dipandang sebagai alat untuk mentransendensi diri kaum beriman kepada tujuan akhir melampaui realitas diri manusia itu sendiri. Dengan demikian kerinduan dan harapan penulis ialah munculnya semangat oikumenis dalam tubuh Kristus sebagai satu tubuh. Ut omnes unum sint, semoga demikian.

Item Type: Thesis (Scholar)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BT Doctrinal Theology
Depositing User: am andarias manting
Date Deposited: 01 Nov 2024 18:27
Last Modified: 01 Nov 2024 18:27
URI: http://digilib-iakntoraja.ac.id/id/eprint/2949

Actions (login required)

View Item View Item