Kallo, Zet Sarira (2012) Salib dan Kemiskinan: Kajian Teologis Mengenai Pandangan Gereja Toraja Jemaat Sangpolo Bungin Klasis Nonongan Salu tentang Makna Salib dalam Kaitannya dengan Kemiskinan. Scholar thesis, Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Toraja.
Text
zet_hd.docx Download (94kB) |
|
Text
zet_kp.docx Download (21kB) |
|
Text
zet_bab_1.docx Download (26kB) |
|
Text
zet_bab_2.docx Download (73kB) |
|
Text
zet_bab_3.docx Restricted to Repository staff only Download (25kB) | Request a copy |
|
Text
zet_bab_4.docx Restricted to Repository staff only Download (38kB) | Request a copy |
|
Text
zet_bab_5.docx Download (18kB) |
|
Text
zet_dp.docx Download (14kB) |
|
Text
zet_lp.docx Download (8kB) |
|
Text
zet_cv.docx Download (13kB) |
Abstract
Zet Sarira Kallo, Salib Dan Kemiskinan. Sub Judul: Kajian Teologis Mengenai Pandangan Gereja Toraja Jemaat Sangpolo Bungin Klasis Nonongan Salu Tentang Makna Salib Dalam Kaitannya Dengan Kemiskinan Di bawah bimbingan Pdt. J. R. Pasolon (Pembimbing l) dan Salmon Pamantung, M.Th (Pembimbing II) Dorongan untuk menuliskan kajian ini dilatar belakangi oleh keinginan penulis untuk memperoleh gambaran mengenai pemahaman dan pandangan Jemaat Sangpolo Bungin Klasis Nonongan Salu memaknai simbol Salib dalam kaitannya dengan fenomena kemiskinan dari sudut sosial, ekonomi dan politik. Untuk memperoleh gambaran tersebut penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan observasi dan wawancara. Dari hasil penelitian yang penulis dapatkan di lapangan, makna simbol Salib sebagai lambang penderitaan yang ditanggung oleh Yesus Kristus karena dosa dan pelanggaran manusia melawan kehendak Allah telah dipahami. Ketika dikaitkan dengan fenomena kemiskinan yang sedang terjadi di dalam pelayanan Gereja Toraja Sangpolo Bungin Klasis Nonongan Salu ternyata makna Salib yang semestinya menjadi kekuatan untuk memberdayakan diri keluar dari kemiskinan dan ketidakberdayaan terjebak pada ritualisme keagamaan yang ditandai dengan kesibukan Gereja membenahi aspek fisiknya sendiri. Ini memperlihatkan bahwa kehadiran Salib sebagai simbol penderitaan dan pembebasan kemiskinan belum direalisasikan dan cenderung salah sasaran. Dapat pula disebutkan bahwa kemiskinan yang terjadi di Gereja Toraja Jemaat Sangpolo Bungin terkait erat dengan persoalan-persoalan teologis. Kepasrahan menerima keadaan dalam bayang-bayang dosa telah menciptakan kemalasan sehingga kurang terdorong untuk keluar dari bayang-bayang ketidakberdayaan. Upaya Gereja melepaskan kemiskinan dan ketidakberdayaan anggota jemaatnya, sampai saat ini masih berada pada tatanan pemberian bantuan material, belum pada pengkajian yang lebih dalam dan keterlibatan langsung Gereja secara lembaga merasakan kemiskinan yang dirasakan anggota jemaatnya. Tumpuan kepada pemerintah dalam perannya bagi pengentasan kemiskinan juga sama dengan yang dilakukan oleh Gereja yaitu langsung memberikan bantuan material yang pada dasarnya menciptakan kemiskinan baru karena timbul ketergantungan baru yang sifatnya tidak memberdayakan. Hal-hal inilah yang penulis temukan sehingga disimpulkan bahwa Gereja dalam memaknai Salib semestinya lebih peka dan tanggap atas fenomena kemiskinan.
Item Type: | Thesis (Scholar) |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity |
Depositing User: | mahasiswa mahasiswa |
Date Deposited: | 16 May 2024 07:43 |
Last Modified: | 29 Jul 2024 10:58 |
URI: | http://digilib-iakntoraja.ac.id/id/eprint/1229 |
Actions (login required)
View Item |