HS, Yulfandri (2018) Reinterpretasi Pemikiran Mahatma Gandhi tentang Satyagraha dan Relevansinya bagi Relasi Isam-Kristen di Indonesia. Scholar thesis, Institut Agama Kristen Negeri Toraja.
![]() |
Text
yulfandri_hd.pdf Download (372kB) |
![]() |
Text
yulfandri_kp.pdf Download (465kB) |
![]() |
Text
yulfandri_bab_1.pdf Download (409kB) |
![]() |
Text
yulfandri_bab_2.pdf Download (814kB) |
![]() |
Text
yulfandri_bab_3.pdf Restricted to Repository staff only Download (565kB) | Request a copy |
![]() |
Text
yulfandri_bab_4.pdf Restricted to Repository staff only Download (374kB) | Request a copy |
![]() |
Text
yulfandri_bab_5.pdf Download (268kB) |
![]() |
Text
yulfandri_dp.pdf Download (47kB) |
![]() |
Text
yulfandri_cv.pdf Download (47kB) |
Abstract
Yulfandri HS. 20113284. Jurusan: Teologi Kristen. Judul Skripsi: Reinterpretasi Pemikiran Gandhi Tentang Satyagraha dan Relevansinya Bagi Relasi Islam-Kristen di Indonesia. Pembimbing I Daud Sangka Palisungan, M.Si. Pembimbing II Ivan Sampe Buntu. M.Hum. Situasi Indonesia dewasa ini menunjukkan bahwa kekerasan menjadi senjata utama dalam memperjuangkan sesuatu atau pun sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Situasi ini serentak menghasilkan begitu banyak korban. Korban itu pada umumnya berasal dari kaum kecil dan yang tak berdaya. Situasi ini pada umumnya terjadi dalam lingkaran dunia dunia politik juga agama. Bertolak dari kenyataan atau fakta yang terjadi di Indonesia di mana kekerasan sering bahkan selalu menjadi senjata utama dalam mengatasi sebuah persoalan atau masalah, maka penulis merasa perlu untuk mencoba menggali nilai-nilai agung pemikiran pejuang kemerdekaan India yakni Mahatma Gandhi. Dalam menyelesaikan penulisan karya ini, penulis menggunakan metode kepustakaan. Selain itu, penulis juga berusaha untuk mengkonteskan konsep Mahatma Gandhi dengan praktek hidup yang sudah dan sedang berlangsung di Indonesia. Dengan itu, penulis mencoba juga untuk meramu dan memahami serta menganalisa beberapa persoalan kekerasan yang terjadi di Indonesia sambil berpatok pada konsep satyagraha sebagai alternatif solusi yang dianjurkan. Berpantang kekerasan berarti mempercayai keadilan. Tanpa ini, kesediaan menjalani penderitaan mustahil dijalankan. Keadilan tak bisa dicapai dengan berbalas kekerasan. Ahimsa bukan mengelak diri dari perkelahian melawan ketakadilan. Sebaliknya, ini adalah pertarungan yang lebih aktif dan nyata melawan kejahatan. Karena balas dendam sejatinya hanya menambah daftar kejahatan. Demikianlah prinsip Gandhi dalam memaknai perjuangan semasa hidupnya.
Item Type: | Thesis (Scholar) |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion |
Depositing User: | am andarias manting |
Date Deposited: | 23 Jan 2025 19:38 |
Last Modified: | 23 Jan 2025 19:38 |
URI: | http://digilib-iakntoraja.ac.id/id/eprint/4156 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |