Peran Pemimpin Adat dalam Melaksanakan Tradisi Ma’bisara sebagai Bentuk Perdamaian di Nosu

Buttu, Raimon Apolos (2025) Peran Pemimpin Adat dalam Melaksanakan Tradisi Ma’bisara sebagai Bentuk Perdamaian di Nosu. Scholar thesis, Institut Agama Kristen Negeri Toraja.

[img] Text
raymond_skpp.pdf
Download (64kB)
[img] Text
raymond_hd.pdf
Download (243kB)
[img] Text
raymond_kp.pdf
Download (350kB)
[img] Text
raymond_bab_1.pdf
Download (408kB)
[img] Text
raymond_bab_3.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (397kB) | Request a copy
[img] Text
raymond_bab_4.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (482kB) | Request a copy
[img] Text
raymond_bab_5.pdf
Download (345kB)
[img] Text
raymond_dp.pdf
Download (377kB)
[img] Text
raymond_lp.pdf
Download (363kB)
[img] Text
raymond_lp2.pdf
Download (273kB)
[img] Text
raymond_cv.pdf
Download (280kB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemimpin adat dalam melaksanakan tradisi ma’bisara sebagai bentuk perdamaian di Nosu. Penelitian ini menggunakan teori Max Webber otoritas tradisional yang mengacu pada kepercayaan terhadap tradisi. Dalam konteks ini, tradisi merujuk pada seperangkat kebiasaan, norma, dan nilai-nilai yang ada sejak lama dan telah dilakukan berulang-ulang sejak masa lalu. Dalam kepemimpinan tradisional Mamasa diikat tali persaudaraan yang disebut mesa kada dipotuo pantan kada dipomate dan padaoko’ pada ke’de’ yang berarti sama berdiri, sama duduk bisa juga diartikan sebagai duduk sama rata berdiri sama tinggi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif. Agar tercapai tujuan penelitian ini, maka penulis menggunakan data wawancara dan data observasi lapangan sebagai data primer (data utama) dan sekunder (data pendukung) dalam penelitian ini bersumber dari buku, artikel jurnal, internet maupun sumber referensi lainya. Berdasarkan observasi dan wawancara kepada tokoh adat. Pemimpin adat memiliki peran penting menyelesaikan konflik dalam masyarakat melalui negosiasi, mediasi, dan mencari jalan keluar. Tujuan dari proses ma’bisara adalah untuk mencapai falsafah hidup masyarakat yakni sitayuk, sikamase, sirande maya-maya (saling menghargai, saling mengasihi, dan saling menopang. Kata Kunci : Peran, Pemimpin, Adat, Ma’bisara, Perdamaian. ABSTRACT This study aims to determine the role of traditional leaders in implementing the ma'bisara tradition as a form of peace in Nosu. This study uses Max Weber's theory of traditional authority which refers to belief in tradition. In this context, tradition refers to a collection of customs, norms, and values that have existed for a long time and have been carried out repeatedly since the past. In Mamasa traditional leadership, there is a bond of brotherhood called mesa kada dipotuo pantan kada dipomate and padaoko' pada ke'de' which means standing together, sitting together can also be interpreted as sitting equally standing at the same height. The method used in this study is a qualitative method. In order to achieve the objectives of this study, the author uses interview data and field observation data as primary data (main data) and secondary data (supporting data) in this study sourced from books, journal articles, the internet and other reference sources. Based on observations and interviews with traditional leaders. Traditional leaders have an important role in resolving conflicts in society through negotiation, mediation, and finding a way out. The aim of the ma'bisara process is to achieve the community's philosophy of life, namely sitayuk, sikamase, sirande maya-maya (respecting each other, loving each other, and supporting each other). Keywords: Role, Leader, Custom, Ma’bisara, Peace.

Item Type: Thesis (Scholar)
Subjects: H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform
Depositing User: am andarias manting
Date Deposited: 18 Jul 2025 15:34
Last Modified: 18 Jul 2025 15:34
URI: http://digilib-iakntoraja.ac.id/id/eprint/4582

Actions (login required)

View Item View Item