Ma'renden Tedong: Rekonstruksi Perdamaian dalam Ritual Ma'renden Tedong dari Perspektif Johan Galtung di Kecamatan Sesenapadang Kabupaten Mamasa

Yosbekasa, Yosbekasa (2023) Ma'renden Tedong: Rekonstruksi Perdamaian dalam Ritual Ma'renden Tedong dari Perspektif Johan Galtung di Kecamatan Sesenapadang Kabupaten Mamasa. Scholar thesis, Institut Agama Kristen Negeri Toraja.

[img] Text
yobekasa_skpp.pdf

Download (77kB)
[img] Text
yobekasa_hd.pdf

Download (307kB)
[img] Text
yobekasa_kp.pdf

Download (136kB)
[img] Text
yobekasa_bab_1.pdf

Download (160kB)
[img] Text
yobekasa_bab_2.pdf

Download (522kB)
[img] Text
yobekasa_bab_3.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (205kB) | Request a copy
[img] Text
yobekasa_bab_4.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (477kB) | Request a copy
[img] Text
yobekasa_bab_5.pdf

Download (55kB)
[img] Text
yobekasa_dp.pdf

Download (147kB)
[img] Text
yobekasa_lp.pdf

Download (47kB)
[img] Text
yobekasa_cv.pdf

Download (49kB)

Abstract

Perdamaian merupakan sarana untuk menjembatani konflik, konflik adalah perselisihan atau kesalahpahaman antara dua pihak maupun kelompok. Konflik dapat terjadi karena adanya pihak yang merasakan ketidakadilan , tersolimi dan mengalami kekerasan. Perdamaian adalah sesuatu yang selalu diperjuangkan oleh manusia agar tercipta kerukunan dalam masyarakat. Ada banyak cara yang ditempuh oleh manusia agar perdamaian dapat tercipta dalam masyarakat. Pendekatan budaya merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk menghadirkan perdamaian. Hal demikian dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Sesenapadang Kabupaten Mamasa dalam menyelesaikan konflik. Pendekatan budaya dipandang sebagai pendekatan yang efektif untuk menghentikan konflik. Ritual ma'renden tedong merupakan pendekatan budaya yang digunakan oleh mediator untuk menyelesaikan konflik dan menghadirkan perdamaian. Ma'renden tedong adalah denda yang diberikan kepada pihak yang bersalah sebagai bentuk pengakuan dosa dan sebagai simbol hadirnya perdamaian. Dalam skripsi ini penulis berfokus pada ritual ma'renden tedong sebagai pendekatan budaya untuk menghadirkan perdamaian. Melalui perspektif teori perdamaian Johan Galtung untuk melihat perdamaian dalam ritual ma'renden tedong di Kecamatan Sesenapadang Kabupaten Mamasa. Kata kunci : Perdamaian, Budaya, Konflik, Ma'renden Tedong dan Johan Galtung. ABSTRACT Peace is a means to bridge conflict. Conflict is a dispute or misunderstanding between two parties or groups. Conflicts can occur because there are parties who feel injustice, are tortured and ezperience violence. Peace is soniething that hunians always strivefor in order to create harmony in society. There are many ways taken by hunians so that peace can be created in society. The cultural approach is one way that is used by the community to bring peace. This was done by the community in Sesenapadang District, Mamasa Regency in resolving conflicts. The cultural approach is seen as an effective approach to stopping conflict. The ma'renden tedong is a fine given to the guilty party as a front ofconfession and as a Symbol of the presence of peace. In this thesis the outher focuses on the ma'renden tedong ritual as a cultural approach to bringing peace. Through the perspective of Johan Galtung's peace theory to see peace in the ma'renden tedong ritual in Sesenapadang District, Mamasa Regency. Keywords: Peace, Conflict, Culture, Ma'renden Tedong and Johan Galtung.

Item Type: Thesis (Scholar)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology
Depositing User: am andarias manting
Date Deposited: 28 Feb 2025 08:21
Last Modified: 28 Feb 2025 08:21
URI: http://digilib-iakntoraja.ac.id/id/eprint/4478

Actions (login required)

View Item View Item