Laporan Penelitian Mandiri: Bate' Tanda Kebesaran Toraja dan Relevansinya dalam Peribadatan Gereja Toraja

Kabanga', Andarias (2009) Laporan Penelitian Mandiri: Bate' Tanda Kebesaran Toraja dan Relevansinya dalam Peribadatan Gereja Toraja. Institut Agama Kristen Negeri Toraja, Repository IAKN Toraja. (Unpublished)

[img] Text
andarias_hd.pdf

Download (493kB)
[img] Text
andarias_kp.pdf

Download (79kB)
[img] Text
andarias_bab_1_5.pdf

Download (587kB)
[img] Text
andarias_ks.pdf

Download (55kB)
[img] Text
andarias_dp.pdf

Download (39kB)
[img] Text
andarias_lp.pdf

Download (284kB)

Abstract

RINGKASAN DAN SUMMARY A. RINGKASAN “Bate” (istilah Toraja) adalah suatu ornamen yang sering dipakai dalam berbagai upacara orang Toraja. Masalah yang muncul adalah ada orang yang melakanakan suatu upacara yang di dalamnya dipasang Bate tetapi dilarang oleh oknum-oknum tertentu. Kejadian seperti itu dialami juga dalam wilayah Lembang Angin-angin dalam tahun 2009. Lembang Angin-angin adalah Lembang pemekaran dari Kelurahan Tallulolo, Kecamatan Kesu’, Kabupaten Toraja Utara. Hal serupa juga sering teijadi di tempat-tepat lain dalam Kabupaten Tana Toraja dan Turaja Utara. Dalam ibadah-ibadah jemaat dalam lingkungan Gereja Toraja maka Bate sering menghiasi upacara, bahkan ada jemaat yang menggunakan Bate dalam penahbisan gedung Gereja dipertanyakan oleh anggota jemaat. Bertolak dari masalah di atas, maka hal yang diteliti adalah; bagiamanakah asal muasal Bate, jenis-jenis Bate, syarat-syarat pendirian Bate dan relevansi Bate dalam peribadatan Kristen khususnya dalam Gereja Toraja. Metode pendekatan yang dipakai adalah “Survei analitis” dengan memakai angket, literatur, observasi dan wawancara. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menyangkut asal muasal dan seluk-beluk Bate, maka ternyata sebagian besar warga Lembang Angin-angin tidak tahu mengenai asal Bate. 2. Menyangkut jenis-jenis Bate ternyata hanya sebgian kecil warga masyarakat Lembang Angin-angin yang mengatakan bahwa ada lebih dari dua jenis Bate dan yang sangat menarik adalah tidak seorangpun dari kelompok umur pemuda yang mengetahui je^is-jenis Bate. 3. Menyangkut hubungan Bate dengan relevansinya dalam upacara Kristen, hasil menunjukkan positif tentang sikap warga masyarakat. 4. Demikian pula dalam kaitan dengan pengembangan Teologi Kontekstual, hasil penelitian menunjukkan sikap yang sangat positif sehingga tugas Gereja adalah memberikan informasi yang jelas mengenai alasan-alasan pemakaian Bate dalam upacara Gereja. Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah: Agar diadakan “penelitian lebih lanjut” di wilayah adat yang lain sehingga pada gilirannya kita dapat menemukan konsep Bate secara menyeluruh dalam wilayah adat, baik di Kabupaten Tana Toraja maupun di Kabupaten Toraja Utara. B. SUMMARY “Bate” (Torajanese term) is an omament’s name, which is usually expressed in connection to Torajanese rituals. The problems are: first, sometimes ihe ledaers ofAdat (Custom law) prohibit to use Bate in the ritual will be performed. In 1909 there was a clan (rumpun keluarga) in the Lembang Angin-angin would exsecuted the Tongkonan (caln house) thankgiving, but the leaders of Adat prohibited the clan members to erect the Bate, so final ly there was no Bate erected in the ceremony. Lembang angin-angin is a village laid in the district of Kesu’ in Toraja Utara Regence, the village in which researched be carried ouL Second, in several congregations both in Catholic Church and Toraja Church in Toraja, when church members do thanksgiving in connection with church building consectration, they erect the Bate. Some times church members anse a guestion, “Why the Church uscs the Bate in the consectration?” Based on the above reasons, the main problems of this research are: When the Bate first used in the ritual? How many kinds of Bate? How the relevance of Bate in the Church rituals and what he sicnificance of the Bate in order to do Contextual Theology? The type of method used in this research is “Analitical Survey”, observation, literaiures, and interview. The results of the research are as below: 1. The residents of Lembang Angin-angin do not know anymore about the origin of Bate. According to the late Mr. Sarungallo ( a wellknown of Adat expert of Torajanese cuiture), the Bate was first erected in beaven in connection with heal in Maro rituaL 2. Mostly, the people (inchiding the youth) in Lembang Angin-angin do not know the sorts of Bate. According to Luther Masakke (the chief of the Adat law in Lembang Angin-angin) there are six kinds of Bate in the ancient time. , 3. The church have the “open mind’ toward the use of the Bate in Christuan rituais/liturgics. Mostly the church members in Lembang Angin-angin agree with the use of the Bate in the liturgy buth they know the reasons to be accepted in the Church’s rituaL 4. The respondences have the “positive” viewpoint toward transformation og the Bate in order to do the Contstual Theology in Toraja region. Suggestions for the further works or research: Doing further research about the Bate in other several districts so that finally we can come to the holistik understanding about Bate . The results of the research must be socialized to the Toraja people as well as Church members so that fijnally they well the reason why the Bate is still used the ritual nowadays and in the days to come.

Item Type: Other
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
Depositing User: am andarias manting
Date Deposited: 31 Jan 2025 11:07
Last Modified: 02 Feb 2025 13:59
URI: http://digilib-iakntoraja.ac.id/id/eprint/4231

Actions (login required)

View Item View Item